Rabu, 27 Maret 2013

Pendidikan adalah hal penting yang wajib dienyam oleh seluruh generasi bangsa, di belahan dunia manapun. Sebagaimana  Rasulullah menyerukan untuk menuntut ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat. min al-mahdi ila al-lahdi. Di Indonesia sendiri sudah ditetapkan oleh pemerintah untuk wajar 12 tahun, wajib belajar 12 tahun. akan tetapi, banyak sekali problem yang dihadapi oleh petinggi pendidikan di negeri ini, salah satunya adalah belum meratanya SDM, sarana-prasarana yang menunjang pembelajaran, juga masih berlakunya uji-coba kurikulum. Padahal semakin hari, arus globalisasi semakin melesat dengan cepat. Jika pada tahun sekarang, kurikulum saja masih belum menemukan posisi yang bener-benar pas, maka pada tahun yang akan datang, pendidikan di Indonesia masih mengalami bongkar-pasang. Dan masa itu akan berakhir entah di tahun kapan.

Terkait dengan permasalahan SDM, banyak sekali tenaga kependidikan yang belum memiliki mindset yang benar-benar mengejar zaman. Masih ada beberapa atau bahkan banyak yang masih berpikir kolot dan tidak kuasa mengejar zaman.atau bisa juga tenaga kependidikan (baca: guru) tersebut tidak memiliki skill dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Alhasil pembelajaran tersebut akan mengalami kebosanan permanen yang tidak bisa dicegah.
Ketika berada dalam suatu pembelajaran yang terasa membosankan, atau guru dalam keadaan tidak siap memberikan materi atau bahkan guru tidak memiliki skill yang baik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, maka yang akan dilakukan oleh siswanya adalah mencari kesibukan sendiri-sendiri. Banyak hal yang akan dilakukan oleh siswa untuk mensibukkan diri. Ada yang ngobrol dengan teman samping kanan-kirinya, ada yang menghabiskan waktu dan menikmati kebosanan dengan menunduk, bercengkerama, berasyik-masyuk dengan handphone masing-masing. ada juga yang sibuk sowan sama mbah gugel dan berbagai kegiatan lainnya asal siswa tersebut tidak 'bosan'. Guru juga tidak tanggap dengan apa yang dilakukan oleh siswa, sehingga siswa juga semakin 'aman' dengan keadaan seperti itu. Padahal seharusnya untuk menciptakan generasi yang benar-benar siap menghadapi persaingan dunia dan globalisasi yang semakin ketat, perlu usaha yang benar-benar keras dan usaha yang tidak 'ujug-ujug'. Akan tetapi, nyatanya dalam pembelajaran sekarang, banyak sekali guru yang belum memenuhi kriteria yang diinginkan oleh siswa. 
Jika dihadapkan pada kasus seperti itu, mana yang harus disalahkan: guru yang belum berkriteria atau siswa yang kurang tanggap terhadap kebutuhan edukasinya sendiri??

Thanks for reading,
Zhy,_

23.58 bismillah yanfa'!
Pendidikan adalah hal penting yang wajib dienyam oleh seluruh generasi bangsa, di belahan dunia manapun. Sebagaimana  Rasulullah menyerukan untuk menuntut ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat. min al-mahdi ila al-lahdi. Di Indonesia sendiri sudah ditetapkan oleh pemerintah untuk wajar 12 tahun, wajib belajar 12 tahun. akan tetapi, banyak sekali problem yang dihadapi oleh petinggi pendidikan di negeri ini, salah satunya adalah belum meratanya SDM, sarana-prasarana yang menunjang pembelajaran, juga masih berlakunya uji-coba kurikulum. Padahal semakin hari, arus globalisasi semakin melesat dengan cepat. Jika pada tahun sekarang, kurikulum saja masih belum menemukan posisi yang bener-benar pas, maka pada tahun yang akan datang, pendidikan di Indonesia masih mengalami bongkar-pasang. Dan masa itu akan berakhir entah di tahun kapan.

Terkait dengan permasalahan SDM, banyak sekali tenaga kependidikan yang belum memiliki mindset yang benar-benar mengejar zaman. Masih ada beberapa atau bahkan banyak yang masih berpikir kolot dan tidak kuasa mengejar zaman.atau bisa juga tenaga kependidikan (baca: guru) tersebut tidak memiliki skill dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Alhasil pembelajaran tersebut akan mengalami kebosanan permanen yang tidak bisa dicegah.
Ketika berada dalam suatu pembelajaran yang terasa membosankan, atau guru dalam keadaan tidak siap memberikan materi atau bahkan guru tidak memiliki skill yang baik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, maka yang akan dilakukan oleh siswanya adalah mencari kesibukan sendiri-sendiri. Banyak hal yang akan dilakukan oleh siswa untuk mensibukkan diri. Ada yang ngobrol dengan teman samping kanan-kirinya, ada yang menghabiskan waktu dan menikmati kebosanan dengan menunduk, bercengkerama, berasyik-masyuk dengan handphone masing-masing. ada juga yang sibuk sowan sama mbah gugel dan berbagai kegiatan lainnya asal siswa tersebut tidak 'bosan'. Guru juga tidak tanggap dengan apa yang dilakukan oleh siswa, sehingga siswa juga semakin 'aman' dengan keadaan seperti itu. Padahal seharusnya untuk menciptakan generasi yang benar-benar siap menghadapi persaingan dunia dan globalisasi yang semakin ketat, perlu usaha yang benar-benar keras dan usaha yang tidak 'ujug-ujug'. Akan tetapi, nyatanya dalam pembelajaran sekarang, banyak sekali guru yang belum memenuhi kriteria yang diinginkan oleh siswa. 
Jika dihadapkan pada kasus seperti itu, mana yang harus disalahkan: guru yang belum berkriteria atau siswa yang kurang tanggap terhadap kebutuhan edukasinya sendiri??

Thanks for reading,
Zhy,_

Kamis, 14 Maret 2013

Dalam dunia akademik, seringkali muncul semacam ungkapan tantangan, semangat atau apapun itu. Apalagi utamanya untuk mahasiswa baru. Mahasiswa baru terkadang malah menjadi sasaran doktrin yang paling jitu, paling mantap, dan paling mengena. Mereka –mahasiswa baru- akan dengan mudahnya terbawa arus atau terbawa saran-saran dari senior mereka. 

Bahkan, saya sendiri pun termasuk diantara korban-korban tersebut. Memang saya akui, bahwa keberadaan saya saat ini adalah hasil dari ‘ungkapan tantangan’ dari senior. Akan tetapi, banyak sekali diantara ribuan mahasiswa yang justru memilih ‘semedi’ dari hingar-bingar kampus. “mau jadi apa kalian nanti? Akademis saja, organisatoris saja, atau mahasiswa yang akademis juga organisatoris? Itu yang seringkali diucapkan oleh para senior di kampus. Tentu saja hal itu dilakukan karena mereka ingin melecutkan semangat para mahasiswa baru atau hanya ingin meregenerasi organisasi yang mereka geluti.

Sejalan dengan hal itu, otak mahasiswa akan memproses keinginan yang sesuai dengan hati mereka. Ada yang memilih untuk ‘semedi’ di perkuliahan saja, yang hanya datang, duduk, bertanya, dan pulang saja. Ada juga mahasiswa yang memilih untuk jadi organisatoris tanpa peduli dengan kuliah mereka. Mereka –para organisatoris- ini adalah mereka yang sangat militan terhadap suatu organisasi. Mereka juga bukan orang yang merasa ‘sayang’ jika karena suatu hal akan meninggalkan kuliah. Dan yang terakhir adalah mahasiswa yang akademis dan organisatoris –semoga saya juga termasuk didalamnya- yang punya tekad kuat untuk mensejajarkan kedudukan keduanya. Kuliah ya organisasi. Organisasi ya sambil kuliah. ;)

Sebenarnya banyak sekali keuntungan yang dapat kita pelajari dari tipe mahasiswa yang terakhir. Selain kita di’belajar’kan pada miniatur masyarakat kita kelak, kita juga bisa membangun link yang luas. Bukan bermaksud apa-apa, akan tetapi dengan membangun link dari sekarang, ketika kita sudah terjun kedalam masyarakat kita sudah punya relasi yang luas. Tentu saja hal itu sangat menguntungkan bagi kita.

Diantara keuntungan diatas, ada juga sesuatu yang menjadi rintangan. Kita bisa jadi hebat dengan berakademis-organisatoris jika saja kita bisa mengalahkan si malas. Benar! Malas merupakan hal utama ketika bergelut di dua dunia tersebut. Malas mengerjakan tugas, malas menghadiri rapat-rapat kecil atau malas karena ada sesuatu hal. Padahal banyak sekali keuntungan yang kita peroleh.

“mau jadi apa kalian nanti? Akademis saja, organisatoris saja, atau mahasiswa yang akademis juga organisatoris?
Semuanya hanya tergantung pilhan yang sesuai hati. Laa ikroha fid diin,, :D

Thanks for reading,
Zhy,_
17.06 bismillah yanfa'!
Dalam dunia akademik, seringkali muncul semacam ungkapan tantangan, semangat atau apapun itu. Apalagi utamanya untuk mahasiswa baru. Mahasiswa baru terkadang malah menjadi sasaran doktrin yang paling jitu, paling mantap, dan paling mengena. Mereka –mahasiswa baru- akan dengan mudahnya terbawa arus atau terbawa saran-saran dari senior mereka. 

Bahkan, saya sendiri pun termasuk diantara korban-korban tersebut. Memang saya akui, bahwa keberadaan saya saat ini adalah hasil dari ‘ungkapan tantangan’ dari senior. Akan tetapi, banyak sekali diantara ribuan mahasiswa yang justru memilih ‘semedi’ dari hingar-bingar kampus. “mau jadi apa kalian nanti? Akademis saja, organisatoris saja, atau mahasiswa yang akademis juga organisatoris? Itu yang seringkali diucapkan oleh para senior di kampus. Tentu saja hal itu dilakukan karena mereka ingin melecutkan semangat para mahasiswa baru atau hanya ingin meregenerasi organisasi yang mereka geluti.

Sejalan dengan hal itu, otak mahasiswa akan memproses keinginan yang sesuai dengan hati mereka. Ada yang memilih untuk ‘semedi’ di perkuliahan saja, yang hanya datang, duduk, bertanya, dan pulang saja. Ada juga mahasiswa yang memilih untuk jadi organisatoris tanpa peduli dengan kuliah mereka. Mereka –para organisatoris- ini adalah mereka yang sangat militan terhadap suatu organisasi. Mereka juga bukan orang yang merasa ‘sayang’ jika karena suatu hal akan meninggalkan kuliah. Dan yang terakhir adalah mahasiswa yang akademis dan organisatoris –semoga saya juga termasuk didalamnya- yang punya tekad kuat untuk mensejajarkan kedudukan keduanya. Kuliah ya organisasi. Organisasi ya sambil kuliah. ;)

Sebenarnya banyak sekali keuntungan yang dapat kita pelajari dari tipe mahasiswa yang terakhir. Selain kita di’belajar’kan pada miniatur masyarakat kita kelak, kita juga bisa membangun link yang luas. Bukan bermaksud apa-apa, akan tetapi dengan membangun link dari sekarang, ketika kita sudah terjun kedalam masyarakat kita sudah punya relasi yang luas. Tentu saja hal itu sangat menguntungkan bagi kita.

Diantara keuntungan diatas, ada juga sesuatu yang menjadi rintangan. Kita bisa jadi hebat dengan berakademis-organisatoris jika saja kita bisa mengalahkan si malas. Benar! Malas merupakan hal utama ketika bergelut di dua dunia tersebut. Malas mengerjakan tugas, malas menghadiri rapat-rapat kecil atau malas karena ada sesuatu hal. Padahal banyak sekali keuntungan yang kita peroleh.

“mau jadi apa kalian nanti? Akademis saja, organisatoris saja, atau mahasiswa yang akademis juga organisatoris?
Semuanya hanya tergantung pilhan yang sesuai hati. Laa ikroha fid diin,, :D

Thanks for reading,
Zhy,_

Senin, 11 Maret 2013

Seorang perempuan dilahirkan untuk melengkapi laki-laki. Begitupun sebaliknya, seorang laki-laki dilahirkan untuk melengkapi perempuan. Keduanya diciptakan berpasang-pasang sesuai dengan jodoh masing-masing. Keduanya didiciptakan untuk misi mulia, supaya saling mengenal juga memperbanyak keturunan di dunia, di bumi Allah ini.

Untuk menyatukan keduanya, perlu ikatan khusus bernama pernikahan yang sesuai dengan agama masing-masing. Setelah itu, perjalanan hidup yang sebenarnya baru dimulai. Permainan hidup yang sesungguhnya. Menyatukan kedua jenis kelamin yang berbeda tentu merupakan hal yang sangat sulit. Bukan semudah membalik telapak tangan. Perlu semacam komitmen, terbuka, percaya serta perjanjian batin lainnya untuk bertahan di kehidupan yang penuh aral ini.

Tentang kepercayaan. Dalam sebuah hubungan, kepercayaan merupakan poin utama yang harus benar-benar dipelihara. Kepercayaan akan membuat segala pikiran buruk tentang pasangan menjadi hilang. Untuk menjaga kepercayaan, dibutuhkan komunikasi yang baik antar keduanya. Juga jujur apa adanya tanpa menutupi jika ada masalah atau keganjilan yang timbul dalam hubungan tersebut. Usahakan tidak ada rahasia dalam sebuah hubungan agar pasangan kita percaya bahwa kita benar-benar apa adanya.

Kenapa percaya perlu dipertahankan?
Karena harga kepercayaan itu mahal kawan!

Thanks for reading,
Zhy,_


20.33 bismillah yanfa'!
Seorang perempuan dilahirkan untuk melengkapi laki-laki. Begitupun sebaliknya, seorang laki-laki dilahirkan untuk melengkapi perempuan. Keduanya diciptakan berpasang-pasang sesuai dengan jodoh masing-masing. Keduanya didiciptakan untuk misi mulia, supaya saling mengenal juga memperbanyak keturunan di dunia, di bumi Allah ini.

Untuk menyatukan keduanya, perlu ikatan khusus bernama pernikahan yang sesuai dengan agama masing-masing. Setelah itu, perjalanan hidup yang sebenarnya baru dimulai. Permainan hidup yang sesungguhnya. Menyatukan kedua jenis kelamin yang berbeda tentu merupakan hal yang sangat sulit. Bukan semudah membalik telapak tangan. Perlu semacam komitmen, terbuka, percaya serta perjanjian batin lainnya untuk bertahan di kehidupan yang penuh aral ini.

Tentang kepercayaan. Dalam sebuah hubungan, kepercayaan merupakan poin utama yang harus benar-benar dipelihara. Kepercayaan akan membuat segala pikiran buruk tentang pasangan menjadi hilang. Untuk menjaga kepercayaan, dibutuhkan komunikasi yang baik antar keduanya. Juga jujur apa adanya tanpa menutupi jika ada masalah atau keganjilan yang timbul dalam hubungan tersebut. Usahakan tidak ada rahasia dalam sebuah hubungan agar pasangan kita percaya bahwa kita benar-benar apa adanya.

Kenapa percaya perlu dipertahankan?
Karena harga kepercayaan itu mahal kawan!

Thanks for reading,
Zhy,_


Minggu, 10 Maret 2013


Dalam hidup, masalah akan terus ada. Orang hidup tanpa masalah itu impossible. Masalah yang kita hadapi tentu saja sesuai dengan usia kita. Dan seberapa bijaknya kita menghadapi dan menyelesaikan masalah itu, tergantung dari tingkat kedewasaan seseorang. Terkadang, lari dari masalah akan jadi solusi yang akan diambil oleh orang yang tidak bertanggungjawab, tidak profesional.
Semangat!
Kata berkonotasi baik yang sering diucapkan ketika masalah dalam hidup menghampiri. Sebuah kata yang memberi efek berlebih pada mukhottob maupun mutakallimnya. Sebuah kata yang bermakna bahwa kita harus melangkah maju. Kata yang bermakna bahwa segala sesuatu harus dilakukan tanpa putus asa meskipun aral di depan kita. Aral itu pula lah yang menjadikan kita lebih dewasa daripada seharusnya. Sebuah kata magis yang menginspirasi.
Jika mau ditelaah, kata semangat akan terasa punya kekuatan, punya power jika diucapkan oleh orang-orang terdekat kita, semisal orangtua, kakak, orang tersayang atau sahabat sekalipun. Semua keputus-asaan akan hilang berganti dengan kuatnya harapan. Kata itu pula yang membuat segala sesuatu jadi mudah.
Sering mengucapkan semangat ke orang lain tentu akan berdampak baik pula kepada kita. Aura baik itu akan tertular kepada kita, sadar atau tidak sadar. Kita dituntut untuk menghadapi masalah dengan penuh tanggungjawab seiring dengan ucapan itu. Kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak?
# semangat itu menyembuhkan!

Thanks for reading,
Zhy,_

09.57 bismillah yanfa'!

Dalam hidup, masalah akan terus ada. Orang hidup tanpa masalah itu impossible. Masalah yang kita hadapi tentu saja sesuai dengan usia kita. Dan seberapa bijaknya kita menghadapi dan menyelesaikan masalah itu, tergantung dari tingkat kedewasaan seseorang. Terkadang, lari dari masalah akan jadi solusi yang akan diambil oleh orang yang tidak bertanggungjawab, tidak profesional.
Semangat!
Kata berkonotasi baik yang sering diucapkan ketika masalah dalam hidup menghampiri. Sebuah kata yang memberi efek berlebih pada mukhottob maupun mutakallimnya. Sebuah kata yang bermakna bahwa kita harus melangkah maju. Kata yang bermakna bahwa segala sesuatu harus dilakukan tanpa putus asa meskipun aral di depan kita. Aral itu pula lah yang menjadikan kita lebih dewasa daripada seharusnya. Sebuah kata magis yang menginspirasi.
Jika mau ditelaah, kata semangat akan terasa punya kekuatan, punya power jika diucapkan oleh orang-orang terdekat kita, semisal orangtua, kakak, orang tersayang atau sahabat sekalipun. Semua keputus-asaan akan hilang berganti dengan kuatnya harapan. Kata itu pula yang membuat segala sesuatu jadi mudah.
Sering mengucapkan semangat ke orang lain tentu akan berdampak baik pula kepada kita. Aura baik itu akan tertular kepada kita, sadar atau tidak sadar. Kita dituntut untuk menghadapi masalah dengan penuh tanggungjawab seiring dengan ucapan itu. Kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak?
# semangat itu menyembuhkan!

Thanks for reading,
Zhy,_

Sabtu, 09 Maret 2013

mencecap kopi adalah hal terindah yang kurasakan. seperti yang kurasakan saat ini. ngerjain tugas ditemani secangkir kopi hangat. amboi, enaknyo!
hanya saja, banyak dari teman-teman -apalagi cowok- yang melirik aneh ketika ada cewek yang dengan riangnya mengatakan kalau kopi adalah salah satu diantara sekian banyak minuman yang disukai. mereka akan mengernyit, dan akan keluar komentar: cewek kok seneng ngopi! :D
ada masalah kah?
saya rasa tidak ada bung!
perlu diketahui, ternyata kopi juga punya manfaat lho. apa aja siy?
kita intip yukk.. ;)
  • Mengurangi Resiko Diabetes. Dua puluh studi yang dilakukan di seluruh dunia menunjukkan bahwa kopi mengurangi risiko diabetes tipe 2 hingga 50%. Para peneliti menduga penyebabnya adalah asam klorogenik di dalam kopi berperan memperlambat penyerapan gula dalam pencernaan. Asam klorogenik juga merangsang pembentukan GLP-1, zat kimia yang meningkatkan insulin (hormon yang mengatur penyerapan gula ke dalam sel-sel). Zat lain dalam kopi yaitu trigonelin (pro vitamin B3) juga diduga membantu memperlambat penyerapan glukosa.
  • Mengurangi Resiko Kanker. Riset secara konsisten menunjukkan bahwa kopi dapat mengurangi risiko kanker hati, kanker usus besar, dan kanker payudara.
  • Sirosis. Kopi melindungi hati dari sirosis, terutama sirosis karena kecanduan alkohol.
  • Penyakit Parkinson. Para peminum kopi memiliki risiko terkena Parkinson setengah lebih rendah dibanding mereka yang tidak minum kopi.
  • Penyakit jantung dan stroke. Kopi ternyata tidak meningkatkan risiko jantung dan stroke. Sebaliknya, kopi ternyata justru sedikit mengurangi risiko stoke. Sebuah studi atas lebih dari 83.000 wanita berusia lebih dari 24 tahun menunjukkan mereka yang minum dua sampai tiga cangkir kopi sehari memiliki risiko terkena stroke 19% lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak minum kopi. Studi terhadap sejumlah pria di Finlandia menunjukkan hasil yang sama.
  • Fungsi kognitif. Studi atas 4.197 wanita dan 2.820 pria di Perancis menunjukkan bahwa meminum setidaknya tiga cangkir kopi sehari dapat menghambat penurunan fungsi kognitif otak akibat penuaan hingga 33 persen pada wanita. Namun, manfaat yang sama tidak ditemukan pada pria. Hal ini mungkin karena wanita lebih peka terhadap kafein.

    hmm..ternyata!!
    hanya saja, saran saya sebagai penikmat kopi, jangan terlalu banyak mengkonsumsi kopi kawan. kandungan kafeinnya mungkin akan membuat kita jadi kecanduan. ;)

    thanks for reading :)

    Zhy,_

20.44 bismillah yanfa'!
mencecap kopi adalah hal terindah yang kurasakan. seperti yang kurasakan saat ini. ngerjain tugas ditemani secangkir kopi hangat. amboi, enaknyo!
hanya saja, banyak dari teman-teman -apalagi cowok- yang melirik aneh ketika ada cewek yang dengan riangnya mengatakan kalau kopi adalah salah satu diantara sekian banyak minuman yang disukai. mereka akan mengernyit, dan akan keluar komentar: cewek kok seneng ngopi! :D
ada masalah kah?
saya rasa tidak ada bung!
perlu diketahui, ternyata kopi juga punya manfaat lho. apa aja siy?
kita intip yukk.. ;)
  • Mengurangi Resiko Diabetes. Dua puluh studi yang dilakukan di seluruh dunia menunjukkan bahwa kopi mengurangi risiko diabetes tipe 2 hingga 50%. Para peneliti menduga penyebabnya adalah asam klorogenik di dalam kopi berperan memperlambat penyerapan gula dalam pencernaan. Asam klorogenik juga merangsang pembentukan GLP-1, zat kimia yang meningkatkan insulin (hormon yang mengatur penyerapan gula ke dalam sel-sel). Zat lain dalam kopi yaitu trigonelin (pro vitamin B3) juga diduga membantu memperlambat penyerapan glukosa.
  • Mengurangi Resiko Kanker. Riset secara konsisten menunjukkan bahwa kopi dapat mengurangi risiko kanker hati, kanker usus besar, dan kanker payudara.
  • Sirosis. Kopi melindungi hati dari sirosis, terutama sirosis karena kecanduan alkohol.
  • Penyakit Parkinson. Para peminum kopi memiliki risiko terkena Parkinson setengah lebih rendah dibanding mereka yang tidak minum kopi.
  • Penyakit jantung dan stroke. Kopi ternyata tidak meningkatkan risiko jantung dan stroke. Sebaliknya, kopi ternyata justru sedikit mengurangi risiko stoke. Sebuah studi atas lebih dari 83.000 wanita berusia lebih dari 24 tahun menunjukkan mereka yang minum dua sampai tiga cangkir kopi sehari memiliki risiko terkena stroke 19% lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak minum kopi. Studi terhadap sejumlah pria di Finlandia menunjukkan hasil yang sama.
  • Fungsi kognitif. Studi atas 4.197 wanita dan 2.820 pria di Perancis menunjukkan bahwa meminum setidaknya tiga cangkir kopi sehari dapat menghambat penurunan fungsi kognitif otak akibat penuaan hingga 33 persen pada wanita. Namun, manfaat yang sama tidak ditemukan pada pria. Hal ini mungkin karena wanita lebih peka terhadap kafein.

    hmm..ternyata!!
    hanya saja, saran saya sebagai penikmat kopi, jangan terlalu banyak mengkonsumsi kopi kawan. kandungan kafeinnya mungkin akan membuat kita jadi kecanduan. ;)

    thanks for reading :)

    Zhy,_