Kamis, 14 Maret 2013

Posted by bismillah yanfa'! on 17.06 No comments
Dalam dunia akademik, seringkali muncul semacam ungkapan tantangan, semangat atau apapun itu. Apalagi utamanya untuk mahasiswa baru. Mahasiswa baru terkadang malah menjadi sasaran doktrin yang paling jitu, paling mantap, dan paling mengena. Mereka –mahasiswa baru- akan dengan mudahnya terbawa arus atau terbawa saran-saran dari senior mereka. 

Bahkan, saya sendiri pun termasuk diantara korban-korban tersebut. Memang saya akui, bahwa keberadaan saya saat ini adalah hasil dari ‘ungkapan tantangan’ dari senior. Akan tetapi, banyak sekali diantara ribuan mahasiswa yang justru memilih ‘semedi’ dari hingar-bingar kampus. “mau jadi apa kalian nanti? Akademis saja, organisatoris saja, atau mahasiswa yang akademis juga organisatoris? Itu yang seringkali diucapkan oleh para senior di kampus. Tentu saja hal itu dilakukan karena mereka ingin melecutkan semangat para mahasiswa baru atau hanya ingin meregenerasi organisasi yang mereka geluti.

Sejalan dengan hal itu, otak mahasiswa akan memproses keinginan yang sesuai dengan hati mereka. Ada yang memilih untuk ‘semedi’ di perkuliahan saja, yang hanya datang, duduk, bertanya, dan pulang saja. Ada juga mahasiswa yang memilih untuk jadi organisatoris tanpa peduli dengan kuliah mereka. Mereka –para organisatoris- ini adalah mereka yang sangat militan terhadap suatu organisasi. Mereka juga bukan orang yang merasa ‘sayang’ jika karena suatu hal akan meninggalkan kuliah. Dan yang terakhir adalah mahasiswa yang akademis dan organisatoris –semoga saya juga termasuk didalamnya- yang punya tekad kuat untuk mensejajarkan kedudukan keduanya. Kuliah ya organisasi. Organisasi ya sambil kuliah. ;)

Sebenarnya banyak sekali keuntungan yang dapat kita pelajari dari tipe mahasiswa yang terakhir. Selain kita di’belajar’kan pada miniatur masyarakat kita kelak, kita juga bisa membangun link yang luas. Bukan bermaksud apa-apa, akan tetapi dengan membangun link dari sekarang, ketika kita sudah terjun kedalam masyarakat kita sudah punya relasi yang luas. Tentu saja hal itu sangat menguntungkan bagi kita.

Diantara keuntungan diatas, ada juga sesuatu yang menjadi rintangan. Kita bisa jadi hebat dengan berakademis-organisatoris jika saja kita bisa mengalahkan si malas. Benar! Malas merupakan hal utama ketika bergelut di dua dunia tersebut. Malas mengerjakan tugas, malas menghadiri rapat-rapat kecil atau malas karena ada sesuatu hal. Padahal banyak sekali keuntungan yang kita peroleh.

“mau jadi apa kalian nanti? Akademis saja, organisatoris saja, atau mahasiswa yang akademis juga organisatoris?
Semuanya hanya tergantung pilhan yang sesuai hati. Laa ikroha fid diin,, :D

Thanks for reading,
Zhy,_

0 komentar:

Posting Komentar